Saturday, July 24, 2010

Perjalanan Dengan EURAIL


Sebuah kisah yang terjadi setahun yang lalu, yang sangat sayang untuk dibuang. Inilah jejak2 kenangan pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Eropa. Dan dengan kekuatan yang tak seperti Gatot Kaca, saya berusaha memeras sel-sel kecil kelabu saya untuk mengingat kembali perjalanan singkat saya di Eropa. 
-----------------------------------------------------------------------------------------------


Sebenarnya 2 minggu adalah waktu yang singkat untuk berkunjung ke sebuah negara, tapi dasar saya terlalu bernapsu untuk jalan2, rasanya ndak betah kalo tidak menjelajah, terlebih lagi negara yg saya kunjungi ini adalah Swiss, yang bertetangga dengan Jerman, bisa jadi ini kesempatan sekali seumur hidup untuk menjejakkan kaki di Jerman. Godaan yang sulit saya tepis, “duuhh kali ini tinggal selangkah lagi, masa’ gak mampir sih?” Dan sepupu yang saya tumpangi sendiri juga mendukung aksi saya, untuk jgn ragu2 menjelajah, mumpung sudah sampe Eropa. Lampu hijau seakan menyala semakin terang. 

Tapi kalo mengingat kondisi keuangan (soalnya untuk perjalanan tambahan ini, saya harus bayar sendiri), lampu hijau itu berubah menjadi kuning, hahaha. Tapi aahh… sudah jauh2 datang ke Eropa, masa’ ndak main kemana2? Ya sudah, saya nekad, itinerary saya susun, berkali2 browsing tiket murah antar Eropa, tapi toh akhirnya saya memilih naik kereta, EURAIL. 

Sebenernya, kalo mau bepergian antar negara Eropa lebih hemat naik pesawat, karena banyak budget airlines yang jatohnya bisa jauh lebih murah daripada naik kereta, dan hemat waktu juga tho? Tappiii… kalo tinggalnya gak di kota besar, yang gak ada bandaranya, mesti diperhitungkan ongkos ke bandaranya juga. Seperti saya, berhubung saya tinggal di rumah sepupu di Domat/Ems yang tergolong desa, kalo mo naik pesawat harus naik kereta dulu ke Zurich, ongkos kereta PP Domat/Ems - Zurich itu CHF 78, kalo di-kurs-in hampir Rp. 700 ribu, mahal yaa?? Padahal itu cuma 1 1/2 jam perjalanan. Belom lagi kalo mesti naik taxi misalnya, dari bandara ke stasiun. 

Ok, setelah mempertimbangkan dengan seksama, maka detik-detik terakhir saya memutuskan naik kereta saja. Saya beli tiket EURAIL, untuk 3 negara, untuk 5 kali pemakaian, kenanya EUR 330, hiks... mahal memang, tapi rasanya worthed, mengingat harga tiket di Eropa (di Swiss khususnya) muahal banget, ya seperti saya bilang tadi. Daannn kalo turis (pokoknya kalo dari luar Eropa lah) sepertinya beli tiket EURAIL-nya mesti dari negara asalnya, kayaknya kalo langsung beli disananya gak bisa, lagipula jatohnya lebih mahal (kayaknya...). O iya, harga EUR 330 itu karena saya perginya sendiri, kalo untuk 2 orang, harganya lbh murah, apalagi kalo bertiga dst. 

5 kali pemakaian itu maksudnya, jumlah hari yang dipakai untuk naek kereta, dan tidak harus berturut2 5 hari, terserah saja, yang penting dalam kurun waktu 2 bulan (batas expired period-nya) maksimal boleh dipake 5 kali. Jadiii... bagi orang2 yang gak mau rugi dan berpikiran licik kayak saya, sempat terbersit pikiran untuk membarokahkan tiket dengan keliling Swiss ato seenggaknya ke beberapa kota di Swiss dalam 1 hari. Tapi pada prakteknya, ngapain juga yaa... udah datang jauh2 dari Asia Tenggara cuman maen kereta2an seharian dari ujung ke ujung, rugi juga... 

Bepergian dengan EURAIL ini mudah sekali, nyaman, enak, dan gak perlu takut tersesat. Selama anda merencanakan jadwal anda dengan baik, membaca petunjuk penggunaan EURAIL dengan baik, Insya Allah gak akan tersesat. Apalagi bagi orang2 yang biasa naik bis kemana saja di Jakarta dan antar kota seperti saya, Insya Allah akan baik2 saja. Pokoknya kalo di Jakarta kemana2 selamet, Insya Allah bisa survive di Eropa, karena disana itu kan semuanya teratur dan mudah, hampir di setiap stasiun ada kantor Eurail yang bisa ditanya2, kalo di Swiss nama kantornya SBB, kalo di Jerman DB, dan kalo di Austria OeBB, seperti nama keretanya. 

Hal pertama yang harus dilakukan ketika menginjakkan kaki di bandara selain mengambil bagasi adalah mencari kantor Eurail-nya. Seperti waktu itu misalnya, sesampainya di Zurich, saya langsung ke kantor SBB yang ada di bandara juga, enak kan... gak perlu nyari jauh2. Sampai di kantor SBB, langsung tunjukkan Eurail Pass kita, minta divalidasi, sekalian minta Fahrplan ato jadwal perjalanan yang akan dituju. Seperti saya waktu itu langsung minta Fahrplan dari Chur (Swiss) ke Pforzheim (Jerman) untuk tanggal 3 Juni dan untuk kereta pagi. Nanti akan muncul jadwalnya; berangkat jam berapa, nomor keretanya apa, naik dari jalur berapa, harus transit dimana, tibanya jam berapa, dan jangan khawatir... menjalankannya mudah kok. Yang penting adalah, kita udah punya rencana mau kemana, kapan mau pergi, mau brangkat pagi ato malam, dari mana, sisanya... Insya Allah akan mudah. 

Kereta yang saya tumpangi menuju Pforzheim ternyata tidak secanggih bayangan saya, bukan kereta sekelas TGV apalagi Shinkansen, kereta biasa... tapi kondisi kereta masih bagus, dapat beroperasi dengan baik dan bersih. Untuk 1st class-nya mirip2 kereta argo, cuma yg ini jelas lebih bagus, dengan formasi tempat duduk 2 - 1. Sedangkan untuk 2nd class tempat duduknya lebih keras dengan sandaran tegak dan jaraknya antar bangku lebih sempit. Waktu saya naik 1st class, sepupu saya heran dan bertanya (dengan nada sedikit mengancam, hehe) "ngapain kamu beli tiket 1st class?" Jadi begini yaa... kalo beli Eurail dari sini itu, yang boleh beli tiket 2nd class hanya remaja dan dewasa sampai usia 25 tahun, dan berhubung usia saya ketika itu 25 tahun lebih sedikiiitt, terpaksalah saya beli 1st class. Aturan yang sedikit aneh memang, bagi saya. Kalo saya punya pilihan, jelas saya pilih 2nd class dong... dengan pertimbangan harga tentunya. 

Waktu tempuh Chur (Swiss) - Pforzheim (Jerman) sebenarnya hanya kurang lebih 5 jam, tapi berhubung saya harus transit di Karlsruhe dan harus menunggu keretanya selama +/- 1 jam, maka otomatis perjalanan tertunda pula. Karlsruhe ini ceritanya kota yang lumayan besar lah, dan tempatnya transit, karena dilalui oleh 2 jalur utama Basel - Mannheim, dan Neustadt - Stuttgart. Dan baru di Karlsruhe ini saya liat kereta yang bagus2, favorit saya adalah yang double decker, berwarna merah. Saya sempat takjub melihat ada sepeda bisa masuk kereta, ternyata ada gerbong tersendiri buat yang bawa sepeda. Asik yaa... kalo gitu bisa sepedaan kemana2. 

Singkat cerita, setelah tinggal di Pforzheim selama sekian hari, saya melanjutkan perjalanan menuju Wien, Austria. Dan berhubung jarak tempuhnya lumayan jauh (+/- 9 jam), dan dengan pertimbangan membarokahkan waktu, maka saya memutuskan untuk naik kereta malam. Nahh... waktu saya minta Fahrplan ke kantor DB (Deutsche Bahn) di Pforzheim, saya dimintai uang tambahan EUR 5. Jadi peraturannya, kalo kita ingin book dengan nomor kursi (selama ini tu saya naik kreta gak pake nomer kursi, jadi asal duduk saja), akan dikenakan biaya tambahan EUR 5 itu, nahh tapi karena ini perjalanan malam, maka penumpang harus memiliki nomer kursi, jadilah saya harus bayar EUR 5 *sigh...*. 


Tapi yang asik, kalo naik kereta malam ada pilihannya, mau di Schlaf-/Liegenwagen (kompartemen yg bisa buat tiduran) ato Sitzplatz (kompartemen tempat duduk biasa). Jujur saya pingin banget merasakan Schlafwagen yg bisa buat tiduran, cuma saya tau saya tukang tidur, takutnya kebablasan dan terbawa sampai ke Budapest, Hungaria (keretanya jurusan Pforzheim - Budapest). Akhirnya dengan berat hati saya pilih Sitzplazt :( dan ternyata di Sitzplatz pun saya hampir terbawa ke Budapest, karena pas sampe Wien Westbahnhof saya masih ngantuk (karena semalaman susah tidur) dan tidak ada pengumuman itu sudah sampe mana, hehe... O iya, seperti saya tulis di atas, kereta ini juruan Pforzheim - Budapest yang melewati Wien, berarti saya tinggal duduk manis didalam kereta karena tidak harus transit. Dan tau gak keretanya apa??!! Orient Express...! It was like a dream come true. Saya pertama kali tau Orient Express dari novel Agatha Christie, dan gak nyangka sekian tahun kemudian saya justru naik kereta ini, walopun tentu saja tanpa pembunuhan didalamnya... :) Sempat 'patah hati' juga sih pas tau keretanya Orient Express dan saya tidak di Schlafwagen, hiks... 

Sampai di Wien Westbahnhof, saya langsung ke kantor OeBB untuk minta Fahrplan pulang ke Domat/EMS (Swiss). Lalu perjalanan berlanjut kembali ke sebuah desa di sebelah utara Wien, yang letaknya lebih dekat dengan Bratislava daripada ke Wien sendiri. Angern an den March adalah tujuan saya. Dari Wien Westbahnhof saya harus sambung dengan U-Bahn sampai Floridsdorf, lalu sambung lagi dengan S-Bahn ke Gaenserndorf. Sayangnya tiket Eurail ini tidak berlaku untuk U-Bahn dan S-Bahn, terpaksalah saya harus beli tiketnya di Automat, mesin otomatis seperti ATM untuk beli karcis. Cara menggunakan mesinnya mudah kok, petunjuknya jelas, yang penting pede aja... :) 

Seperti halnya di Pforzheim, saya tidak juga tidak bisa lama2 berada di Wien, karena masih banyak janji2 dengan yang lainnya, masih banyak tempat yang harus dikunjungi (cailahh gaya bener...). Sebelum pulang saya menyempatkan mampir ke markasnya UN di Wien, sayang kan udah jauh2 ke Wien gak mampir UN. Tapi gara2 mampir ke UN ini nih pulangnya jadi rada ribet dan pake acara olahraga jantung segala.

Jadwal pulang dari Wien ke Domat/EMS cuma ada 3x, dan karena mampir UN dulu, saya hanya bisa naik yang jam 13:40, dan untuk jadwal itu saya harus ganti kereta 4x, di Eropa pula, dengan waktu perjalanan -\+ 9 jam, hebattt...!

Dari Wien Westbahnhof saya harus turun di Feldkirch, dari situ sambung yang ke Buchs SG, dari Buchs SG sambung yang ke Sargans, dari Sargans sambung lagi ke Chur, dan terakhir dari Chur sambung lagi ke tujuan akhir : Domat/EMS. Capek gak sih bacanya? Yang bikin deg2an, disana kan kereta selalu ontime ya, walopun tibanya tu suka sedikit telat, paling lama 5 menit lah... Nah dari Fahrplan yang saya dapet, kereta akan tiba di Feldkirch pukul 20:40, dan kereta dari Feldkirch Ke Buchs SG akan brangkat pukul 20:48, cuma beda 8 menit...! Kalo keretanya telat 5 menit aja, tinggal 3 menit kan sisa waktunya untuk ganti kereta, blm lagi harus cari dijalur berapa tu kreta yang ke Buchs SG itu tho? Iihh sempet deg2an bgt, sampe ada acara koper jatoh segala, tapi alhamdulillah ternyata yang turun di Feldkirch banyak yg naek ke Buchs SG juga, dan alhamdulillah walopun terbirit2 dan ngos2an, berhasil juga naek tu kreta tepat pada waktunya. Soalnya kalo sampe ketinggalan, aduhhh... nunggunya bisa 3 jam lagi.

Sebenernya pas pulang itu capek banget, makanya saya bercita2 untuk tidur dikereta saat perjalanan pulang, tapi apa daya cita2 itu harus kandas karena keadaan, karena takut turunnya kebablasan, jadi malah tegang, gak bisa tidur. Lagipula disana itu gak lazim org naek kreta trus tidur, yang ada malah pada baca ato buka laptop ato berbicara dengan kawan seperjalanan, pokoknya sibuk sendiri. Saya juga sibuk sendiri, disaat yang lain sibuk membaca, saya membuka bekal nasi telur ceplok dan abon, dan makan dengan kalap, laperrrr...

Saya tiba di Domat/EMS jam 11-an malam, dan langsung 'tewas' ditempat tidur, esok harinya masih ada acara lain, ke Tessin (Ticino) daerah Selatan Swiss yang bahasanya udah beda, Italy.

Bepergian dengan EURAIL tu menyenangkan sekali, selain bisa merasakan naik berbagai macam kereta yang tidak bisa kita temui di Indonesia, kita bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan, dan bisa merasakan sensasi gonta-ganti kereta, dan banyak lah pengalamannya. Dan yang pasti, jangan takut bepergian dengan kendaraan umum di negara lain, apalagi di Eropa, soalnya petunjuknya jelas banget, InsyA gak kesasar deh. Pokoknya kalo pernah nyasar2 ato jagoan naek bis di rimba Jakarta, InsyA bisa lahh... survive di negara orang... o iya asal jangan ketiduran kalo naek kereta, kalo kebablasan bisa nyampe negara laen tuh... :)

O iya hampir lupa, kalo emang punya rencana utk tinggal gak lama di suatu negara, kayak saya gini nih, cuman 1 - 2 hari, lebih baik ketika sampai di stasiun tujuan, langsung cari kantor maskapai kereta api setempat (kok maskapai ya? itu kan pesawat. Ya pokoknya gitu lah...), dan minta jadwal kepulangan. Ini bisa menghemat waktu, jadwal jalan2 bisa terorganisir dengan baik, dan pulangnya bisa langsung capcus...!

Baiklah... semoga informasinya bermanfaat... :)

14 comments:

fahmi! said...

"Pokoknya kalo di Jakarta kemana2 selamet, Insya Allah bisa survive di Eropa"

hahahahaaa... keren :D

d3vy said...

kapan ya gw kesampean menjejakkan kaki di europe

*masih memimpikan belanda*

nonadita said...

Waaahhh Eropah... mudah2an bisa jadi destinasi selanjutnya buat saya. Amin :)

Selama perjalanan tersebut apakah bikin catatan? Detailnya jelas banget, nama2 stasiun, kota, harga sampai gambaran suasana keretanya.. Padahal udah setahun lalu kan?

Dan ya saya setuju dengan pendapatmu. Kalau sudah bisa survive di kota seperti Jakarta, bakal bisa survive di eropa (atau kasus saya, di amrik) :D

Anonymous said...

makasih cerita nya yaaa...
uda mau berbagi walau dengan tulisannn...
cerita di swiss uda sangat menarik...
pic nya ditambah jadi bagus lagi tuhh

Rey said...

@fahmi & imajimaya : thx atas komennya

@Devy : teruslah bermimpi Dev, gue aja pengen ke Swiss lagi, pengen beli piso victorinox, bagus bo'...

@nonadita : iya, aku memang nyatet, catatan2 kecil pathing tlechek gitu, makanya masih inget rada detil :)

Manda La Mendol said...

wuihhhhhhh..keren. Jalan-jalan sendirian rey?

kok nggak ada crita makanannya ya?

Rey said...

kebetulan saat adegan kreta2an ini aku sendirian mbak...

crita makanan? hehehe... disana susah mbak mo makan. Tau gak, aku pas perjalanan naek kreta tu selalu mbekel nasi pake telor, ato nasi pake abon, ndeso banget yo...? :)

L. Pralangga said...

Meski ndeso.. sing penting sehat jajanannya... senengnya bisa naik Eurorail.. fotonya kurang banyak :D

Unknown said...

"Pokoknya kalo pernah nyasar2 ato jagoan naek bis di rimba Jakarta, InsyA bisa lahh... survive di negara orang... o iya asal jangan ketiduran kalo naek kereta, kalo kebablasan bisa nyampe negara laen tuh..."
sy suka ini... hehehe...

wahh.. kapan ya sy bisa nyasar ke Eropah juga.. ;D

Rey said...

@Ksatrio WI: iya, fotonya kurang yaa. InsyA ntar ditampilkan sendiri deh... maklum skrg kesulitan ngeblog, mo approve komen aja bisa sebulan nih, hehe...

Anonymous said...

Mo tanya dong, beli eurail nya di mana?? di jakarta ada yang jual ngga?
saya rencana juni 2011 ini mau berangkat ke belanda dan ada rencana mau jalan2 ke negara2 tetangganya.

beni said...

saya pengen nyasar ke eropa, terutama kota milan.. :D

bamboo said...

rey , pa kabar? masih ingat sayah kahh:) long time no see yak

Obat Alami Anak said...

kunjungan perdana nih, ijin nyimak saja kawan :)